24 November
Malam kami lalui tanpa memasang AC karena udara di tepi Danau Poso ini cukup sejuk. Kami menikmati matahari terbit di tepi danau. Air danau berwarna keemasan ditimpa sinar matahari. Beberapa pengunjung yang kemping semalaman nampak turun satu persatu menikmati sejuknya air danau.
Di tanah samping tempat Moti parkir, tumbuh tanaman labu yang subur dan berdaun lebat. Setelah searching tentang daun labu yang rupanya banyak khasiatnya, ambu meminta ijin pada pemiliknya untuk memetik daunya dan dijadikan teman sarapan kami pagi itu bersama telur dadar dan nasi putih. Rupanya rasa daun labu itu enak sekali, renyah.
Setelah sarapan, kami cuci piring di tepi danau. Kebetulan sabun cuci piring yang kami pakai ramah lingkungan dan tidak mencemari air danau. Setelah itu kami leyeh-leyeh menikmati suasana tepi danau. Semakin siang, pengunjung semakin ramai, maklum hari Minggu. Melihat ramainya pengunjung yang berenang menikmati air danau, akhirnya kami tergoda juga untuk terjun berenang. Sedang asik berenang, tiba-tiba nampak rombongan orang Bali berarak mendekati pantai sambil membawa sesajen lengkap dengan live musik gamelan Bali. Rupanya mereka mau melarung abu jenazah yang baru saja dikremasi dalam upacara Ngaben. Prosesi berlangsung sekitar 1 jam. Menjelang Maghrib kami pun naik dan berganti pakaian.
Menu makan malam ini agak istimewa. Ambu sempat membeli buah-buahan sewaktu di Tentena yang diolah jadi salad buah untuk menemani makan malam hari ini.
Malam hari, listrik sempat padam. Abah dan Wak Iyan minum kopi sambil ngobrol dengan pemilik warung.
Follow us on Facebook
Unlocking Indonesia’s Treasure

Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!