25 April

Belum waktu makan siang ketika kami tiba di Atambua. Tapi perut yang tadi pagi hanya diisi buah, sudah minta diisi lagi. Kami menepi di sebuah warung dan makan siang lebih awal. Ketika sedang duduk menunggu makanan, kami didatangi netizen, Pak Heri yang mengikuti perjalanan kami di YouTube. Beliau lalu mengantar kami untuk mengurus dokumen melintas ke Timor Leste.

Surat Permohonan Membawa Kendaraan (SPMK) diurus di Kantor Bea Cukai dengan membawa STNK, Paspor, SIM dan cek fisik kendaraan oleh petugas Bea Cukai. Proses memakan biaya waktu sekitar 10-15 menit saja.

Untuk penduduk di perbatasan yang sering bolak balik dua negara, pemerintah memberlakukan Kartu Lintas Batas. Kartu ini seperti pengganti paspor khusus bagi warga perbatasan saja. Timor Leste pun menerapkan kebijakan yang sama bagi warganya yang tinggal di perbatasan.

Ketika SPMK sudah ditangan, kami berpisah dengan Pak Heri dan mengantar beliau kembali ke tokonya. Perjalanan lali dilanjutkan ke Mota ain, Pos Lintas Batas Timor Leste berjarak sekitar setengah jam dari Atambua. Pos sudah tutup ketika kami tiba, sudah pukul 4 sore.

Btw, Pos Lintas Batas Terpadu ini keren banget. Fasilitas dan bangunan fisiknya baru selesai dipugar 2 tahun yang lalu. Proses pembangunannya juga kilat, kompleks ini diselesaikan hanya dalam waktu satu tahun atas perintah Presiden Jokowi.

Disebut Pos Lintas Batas Terpadu karena semua departemen sudah dalam satu atap, dari mulai Imigrasi, Perdagangan, Militer, Bea Cukai dll.

Ruang imigrasi dan fasilitas umum lainnya (seperti mushola), adem berAC.

Kami sempat ngobrol-ngobrol dengan satpam dan beberapa orang yang bertugas malam di Pos ini. Beberapa diantara mereka adalah eks Timor Timur. Keputusan berintegrasi dengan Indonesia membawa konsekuensi yang tidak ringan, berintegrasi artinya meninggalkan tanah kelahiran, meninggalkan sanak keluarga, meninggalkan rumah tanah dan mulai lagi dari awal. Di perbatasan ini, kami membaca kembali Tragedi Santa Cruz, Referendum Kemerdekaan Timor dan kejatuhan Orde Baru. Bahwa represi dan kekerasan tidak pernah membawa manusia kemana-mana. Kerakusan dan kekuasaan yang membabi buta hanya mendatangkan kemunduran dan derita.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *