11 Januari 2020
Pagi ini kami janjian dengan Kak Wawan dan teman-teman Genpi. Kami akan eksplor Poso dan sekitarnya.
Tujuan pertama adalah bubur Manado atau Tinutuan. Terus terang ini adalah pengalaman pertama bagi kami makan bubur Manado di tanah Sulawesi. Kami pernah makan bubur yang sama namun di Jawa sana.
Mirip dengan saudaranya di Jawa, Bubur Manado di sini direbus dengan labu kuning dan dihidangkan bersama rebusan sayur mayur seperti bayam dan jagung. Bedanya di sini ada tambahan sayur yang namanya daun gedi. Yang bikin istimewa tentu saja sambalnya, yaitu sambal roa. Selain ikan asin dan bakwan jagung, bubur di sini dihidangkan bersama tahu yang digoreng separuh matang. Bagi Ambu dan Bang Hakim yang memang penggemar bubur, hari ini adalah salah satu hari paling bersejarah karena kami makan Bubur Manado yang enaaaak sekali.
Kami lalu mengunjungi Pamannya Kak Wawan yang merupakan kakak ipar dari Santoso, tersangka teroris asal Poso yang ditembak mati tahun 2016 lalu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar terutama mengenai Santoso dan sepak terjangnya sebelum wafat. Beliau berpendapat seharusnya orang-orang seperti Santoso mendapat perlakuan lebih baik dengan diberikan pembinaan dan upaya damai lain sebelum dieksekusi.
Mesjid bersejarah di Poso jadi tujuan berikutnya. Mesjid ini didirikan tahun 1923 oleh Baso Ali, salah satu pembawa agama Islam ke Poso. Kami sempat ketemu dengan keturunan Baso Ali yang tinggal di sebelah mesjid dan ngobrol mengenai kerukunan antar agama di Poso. Menurut beliau, apresiasi dan toleransi sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Poso karenanya tidak perlu diajarkan lagi.
Perjalanan lanjut ke Air Panas Oe Maramu di kaki Gunung Biru. Mirip dengan yang pernah kami lihat di Bajawa Flores di mana air dingin dan panas yang berasal dari dua sungai berbeda, bertemu di tengah dan menghasilkan air yang panasnya pas untuk dipakai berendam dan berenang. Tidak ada satupun dari kami yang mandi, kami hanya ngobrol dan bercanda di sini. Kak Wawan sempet bikin lomba makan belimbing wuluh segala.
Dalam perjalanan kembali ke Poso kami singgah makan durian di rumah penduduk. Pemiliknya transmigran asal Bali yang sudah lama menentap di Sulawesi Tengah.
Hari yang menyenangkan ini ditutup dengan makan seafood sambil menikmati angin laut di pinggir Teluk Tomini.
Oh ya, malam ini Moti harus pindah parkir, ada acara di GOR. Kami bergeser ke Mesjid Agung Poso untuk menginap malam ini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!