12 November
Pagi ini kami keluar untuk mencari informasi mengenai perjalanan ke Buton dan Wakatobi. Moti diputuskan akan ditinggal di mainland atas pertimbangan waktu dan biaya. Kami akan berangkat ke Buton menggunakan kapal cepat yang akan berangkat esok pagi. Lalu melanjutkan perjalanan keesokan malamnya ke Wanci, Wakatobi dengan Jetliner milik Pelni.
Sisa hari ini akan kami pakai untuk mengeksplor Kendari. Sasaran pertama adalah Kebun Raya Kendari. Jangan bayangkan Kebun Raya Bogor yang teduh, Kebun Raya Kendari yang baru saja rampung ini, puanasnya minta ampun. Pintu gerbang tempat membeli tiket kosong melompong, tidak ada orang. Kami terus masuk ke dalam dengan harapan berjumpa orang. Rupanya tempat ini benar-benar kosong.
Walaupun bertitel ‘kebun raya’, sebagian besar taman berlapis paving blok atau semen. Jangankan pohon rindang, tanaman perdu pun masih jarang. Betul-betul gersang dan panas. Karena Abah dikejar deadline untuk mengedit video, maka kami putuskan untuk tinggal di sini, setidaknya sampai pekerjaan Abah selesai. Bukan hanya kosong dan gersang, toilet di tempat yang baru dibangun ini tidak ada satupun yang berfungsi. Airnya kering. Terus terang kami bingung bagaimana pemerintah setempat memutuskan membangun sebuah kebun raya di area gersang dan sulit air seperti ini. Sekitar pukul 4 sore, pekerjaan Abah selesai dan kami bisa kembali ke Kendari. Kami makan malam di S*laria di salah satu mall di Kendari lalu mencari beberapa keperluan Wak Iyan di mall yg sama. Setelah makan malam kami memenuhi undangan seorang subscriber yang kebetulan sedang haul almarhum ayah mertuanya. Walaupun perut kenyang, kami makan sedikit untuk menghormati pengundang. Malam ini kami kembali ke Mesjid Agung dan bermalam lagi di sini.
Walaupun bertitel ‘kebun raya’, sebagian besar taman berlapis paving blok atau semen. Jangankan pohon rindang, tanaman perdu pun masih jarang. Betul-betul gersang dan panas. Karena Abah dikejar deadline untuk mengedit video, maka kami putuskan untuk tinggal di sini, setidaknya sampai pekerjaan Abah selesai. Bukan hanya kosong dan gersang, toilet di tempat yang baru dibangun ini tidak ada satupun yang berfungsi. Airnya kering. Terus terang kami bingung bagaimana pemerintah setempat memutuskan membangun sebuah kebun raya di area gersang dan sulit air seperti ini. Sekitar pukul 4 sore, pekerjaan Abah selesai dan kami bisa kembali ke Kendari. Kami makan malam di S*laria di salah satu mall di Kendari lalu mencari beberapa keperluan Wak Iyan di mall yg sama. Setelah makan malam kami memenuhi undangan seorang subscriber yang kebetulan sedang haul almarhum ayah mertuanya. Walaupun perut kenyang, kami makan sedikit untuk menghormati pengundang. Malam ini kami kembali ke Mesjid Agung dan bermalam lagi di sini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!