9 Januari 2020

Hari ini kami akan melanjutkan perjalanan ke Utara. Persinggahan pertama adalah Kota Poso untuk berjumpa Kak Wawan dan kawan-kawan di sana.

Di tengah jalan kami singgah untuk mencicipi Durian Kuku. Disebut begitu mengikuti nama dusun tempat durian ini berasal. Rasanya manis legit, kata Hakim mirip Musang King, durian unggulan negara tetangga. Walaupun ukurannya relatif kecil, dagingnya tebal dan bijinya kecil.

Yang paling menarik perhatian adalah pembuka durian. Device yang nggak pernah kami liat sebelumnya. Ada semacam gunting yang menghadap ke bawah. Di bawahnya ada dudukan tempat durian diletakkan. Gunting ini dikendalikan dengan batang seperti pegangan gunting tanaman. Dengan satu gerakan, durian pun membuka dengan mudahnya. Kata Om penjual durian, anaknya yang membuatkan alat ini. Kreatif.

Moti langsung ke rumah Kak Wawan. Setelah telponan waktu peristiwa Wak Iyan, inilah kali pertama kami bertemu langsung Kak Wawan. Seperti kawan lama, kami larut dalam obrolan. Obrolan berkisar konflik Poso lalu dan upaya-upaya perdamaian pasca konflik yang diinisiasi oleh para pemuda. Keren. Kak Wawan juga cerita bagaimana konflik berkedok agama di Poso mencabik-cabik tatanan kehidupan masyarakatnya. “Agama mengajarkan manusia untuk mencintai sesamanya, namun manusia begitu mencintai agamanya hingga lupa mencintai sesamanya”, quote Kak Wawan.

Kak Wawan ini terbilang istimewa, one of the kind. Di usia yang relatif muda, banyak sekali karya yang sudah dihasilkan untuk masyarakatnya. Ada Poso Babaca, lembaga non profit untuk menguatkan proses perdamaian pasca konflik melalui literasi. Sikola Mambine, gerakan pendidikan kepemimpinan perempuan akar rumput. Tana_poso, mengkampanyekan keindahan Poso untuk mereframe riwayat konflik dan kekerasan yang pernah melanda Poso, Banua Momberata sebuah ruang pertemuan inklusi sekaligus cafe di mana stafnya adalah penyandang tuna rungu, Gen Peace Poso sebuah komunitas anak muda yang aktif mengkampanyekan perdamaian dan kerukunan lintas agama. Mas Wawan juga Penerima Award Internasional N Peace 2018 untuk kategori Campaigning for Action dan delegasi Indonesia untuk berbagai konferensi internasional seperti Generation Democracy Youth Leadership dan Young Southeast Asian Leader Initiative (maaf ya kalo kurang lengkap, puanjaaang soalnya 😅). Ketika gempa Palu 2018 Mas Wawan menginisiasi Relawan SulTeng Kuat, sebuah gerakan solidaritas tanggap bencana Palu 2018.

Sambil ngobrol kami dijamu durian (lagi) dan makan siang istimewa masakan Mamanya Kak Wawan.

Setelah makan Kak Wawan nganter Moti ke GOR Poso, tempat parkir untuk bermalam nanti. Dari GOR kami lalu jalan kaki ke Pantai Penghibur. Sambil menikmati senja di tepi Teluk Tomini kami ngobrol dengan kawan-kawan Gen Peace Poso. Di sela-sela camilan, kami ngobrol tentang Konflik Poso, Lembah Bada, Gempa Palu serta aktivitas teman-teman Gen Peace.

Malamnya kami nongkrong di Mie Kuncrut. Mie paling nge-hits sePoso raya. Ngobrol seru kembali dilanjutkan. Setelah membuatkan kami mie, Kak Wawan cerita soal gempa Palu dan aktivitasnya bersama Relawan Palu Bangkit.

Malam semakin larut, kami pulang kembali ke GOR untuk beristirahat.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *