21 Oktober

Kami sudah janjian dengan Pak Aan, satu dari petugas penagih karcis semalam untuk membawa kami trekking hari ini. Kami ambil paket trekking satu hari sudah termasuk makan siang dan snack buah seharga Rp 250,000/orang

Setelah sarapan alpukat, roti, madu dan tentu saja kopi, kami bersiap untuk treking.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami ketemu primata berbulu wajah putih dan berambut mohawk, guide kami menyebutnya Thomas.

Sekitar setengah jam kemudian kami bertemu penghuni istimewa primadona Bukit Lawang : Orang Utan. Seekor betina dengan bayinya, dipanggil Gantung oleh guide kami.

Kadang ia turun untuk mengambil sesajen dari guide kami berupa pisang dan buah-buahan lain.

Menjelang siang hari mulai panas, Pak Aan mengajak kami istirahat dan menyuguhkan the best pineapple ever; dicucuri markisa.

Setelah makan buah, trekking berlanjut. Tak lama kami berjumpa orang utan lain; Mina. Pak Aan, memberi briefing singkat ketika berjumpa Mina, foto secepatnya, jangan dekat-dekat, berjalan secepatnya jika sudah selesai. Kabarnya Mina agresif dan suka menggigit.

Betul saja, setelah sekitar 5 menit penuh ketegangan mengambil gambar Mina, Pak Dian, asisten guide kami segera menggebah dan memimpin kami meninggalkan lokasi, sementara pak Aan, guide utama, sibuk mengentertain Mina dan mengalihkan perhatiannya dari kami, sehingga kami bisa segera kabur. Untung jalanan menurun, walau curam dan sempit, masih lebih mending jika harus menanjak. Melompat-lompat kami dibuatnya. Seperti kurang drama, Pak Dian bilang kalau Mina kadang menggelinding saja jika dia mengejar, tambah terbirit-birit kami dibuatnya.

Setelah Mina, medan trekking semakin menantang terutama jalanan menuju sungai karena sangat curam dan licin. Kadang kami harus bergelantungan di akar supaya bisa turun. Di ruas terakhir kami harus repling, turun tebing dengan berpegangan pada akar rotan yang diikat sekenanya pada akar pohon besar.

Di sungai kedua akhirnya kami berhenti untuk makan siang. Nasi goreng yang kami ragukan kelezatannya tadi pagi, mendadak jadi sedap karena lelah dan lapar, ditambah suasana sungai yang sejuk.

Makan siang ditutp dengan semangka.

Trekking dilanjutkan sambil melewati air terjun.

Tidak jauh dari air terjun, terbentang sungai lebar, sang induk; Sungai Bahorok.

Airnya jernih kehijauan, dari sini kami akan menggunakan tubing untuk turun ke lembah.

Tubing itu ban-ban besar berjumlah 5 buah yang disatukan dengan tali tambang. Barang-barang kami dimasukkan ke dalam plastik tebal dan besar lalu diikat pada ban. Di bagian tengah ban yang berlubang di buat jalinan tapi tambang lalu dialasi semacam tikar.

Ini pengalaman tubing pertama kami. Kami harus setengah berbaring lalu di ban paling depan duduk guide yang mengemudikan ‘kapal’ dengan tongkat kayunya. Walau sudah dilapisi tikar, kadang bagian dudukan kami tetap saja menyentuh dasar sungai dan rasanya menggelikan 😁. Karena asyik tertawa riuh kegelian, perjalanan menuju lembah relatif singkat. Kami di drop di bibir sungai tak jauh dari hotel tempat kami parkir.

Malam itu kami dinner mie instan saja.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *