15 November
Pagi jam 7 kapal merapat di pelabuhan Wanci. Kami menunggu hingga penumpang sudah turun semua. Kapal hampir kosong ketika kami sampai di pintu keluar, beberapa orang sedang berusaha keras mengeluarkan sebuah motor melalui pintu keluar penumpang. Laut bersih bening menyambut kedatangan kami begitu menginjakkan kaki di dermaga. Abah dan Hakim lalu menumpang ojek untuk mencari motor sewaan ke pasar. Sekitar setengah jam kemudian mereka kembali dengan motor masing-masing dan tambahan helm. Tujuan pertama : apalagi kalo bukan cari hotel. Hotel pertama tidak jauh dari pelabuhan. Sepertinya hotel ini populer di kalangan pemerintah. Daaan sistem manual alias masi pake bukuu. Pantesan nama hotel ini nggak muncul di aplikasi booking hotel manapun. Mereka menawarkan satu kamar dengan pemandangan ke laut. Sayang baunya apek dan harganya agak mahal. Kami lalu berlanjut ke hotel berikutnya. Hotel yang ini muncul di aplikasi booking. Tapi reviewnya kurang bagus. Setelah melihat langsung, kami paham kenapa reviewnya kurang joss. Kami akhirnya menuju hotel ketiga. Hotelnya masih baru dan reviewnya bagus. Maklum, kami agak trauma dengan hotel di pulau. Maka kami selalu hati-hati jika memilih hotel di pulau. Rupanya hotel ini jauuuuh sekali dari kota. Kami kitari hampir separuh pulau untuk sampai di sini. Hotelnya memang terpencil. Walaupun tinggal ngesot ke bandara, tapi dia satu-satunya yang ada si area ini. Kami langsung jatuh cinta sama pemadandangannya. Bangunannya juga cantik. Furniture dan ambiencenya mengingatkan pada hotel-hotel mewah di Bali dengan harga kurang dari separuhnya. Beneran cakep. Walau jauh, kami putuskan menginap di sini. Kami booking dua malam melalui Tr*veloka supaya lebih murah. Dengan sinyal internet yang kembang kempis, berhasil juga kami booking secara online. Petang harinya kami keluar untuk berburu senja yang katanya cakep banget. Karena posisi hotel di Timur, kami harus keluar mencari pantai di bagian Barat. Karena kesorean, matahari keburu tenggelam begitu kami sampai. Nggak papa deh, masih kebagian langit yang merona merah disaput warna kebiruan, tsakeeff, alhamdulillah.
Kami lalu lanjut ke kota untuk cari makan malam dan beli air minum. Lalu balik ke hotel yang ternyata kalo malem berasa banget jauhnya.
Pagi jam 7 kapal merapat di pelabuhan Wanci. Kami menunggu hingga penumpang sudah turun semua. Kapal hampir kosong ketika kami sampai di pintu keluar, beberapa orang sedang berusaha keras mengeluarkan sebuah motor melalui pintu keluar penumpang. Laut bersih bening menyambut kedatangan kami begitu menginjakkan kaki di dermaga. Abah dan Hakim lalu menumpang ojek untuk mencari motor sewaan ke pasar. Sekitar setengah jam kemudian mereka kembali dengan motor masing-masing dan tambahan helm. Tujuan pertama : apalagi kalo bukan cari hotel. Hotel pertama tidak jauh dari pelabuhan. Sepertinya hotel ini populer di kalangan pemerintah. Daaan sistem manual alias masi pake bukuu. Pantesan nama hotel ini nggak muncul di aplikasi booking hotel manapun. Mereka menawarkan satu kamar dengan pemandangan ke laut. Sayang baunya apek dan harganya agak mahal. Kami lalu berlanjut ke hotel berikutnya. Hotel yang ini muncul di aplikasi booking. Tapi reviewnya kurang bagus. Setelah melihat langsung, kami paham kenapa reviewnya kurang joss. Kami akhirnya menuju hotel ketiga. Hotelnya masih baru dan reviewnya bagus. Maklum, kami agak trauma dengan hotel di pulau. Maka kami selalu hati-hati jika memilih hotel di pulau. Rupanya hotel ini jauuuuh sekali dari kota. Kami kitari hampir separuh pulau untuk sampai di sini. Hotelnya memang terpencil. Walaupun tinggal ngesot ke bandara, tapi dia satu-satunya yang ada si area ini. Kami langsung jatuh cinta sama pemadandangannya. Bangunannya juga cantik. Furniture dan ambiencenya mengingatkan pada hotel-hotel mewah di Bali dengan harga kurang dari separuhnya. Beneran cakep. Walau jauh, kami putuskan menginap di sini. Kami booking dua malam melalui Tr*veloka supaya lebih murah. Dengan sinyal internet yang kembang kempis, berhasil juga kami booking secara online. Petang harinya kami keluar untuk berburu senja yang katanya cakep banget. Karena posisi hotel di Timur, kami harus keluar mencari pantai di bagian Barat. Karena kesorean, matahari keburu tenggelam begitu kami sampai. Nggak papa deh, masih kebagian langit yang merona merah disaput warna kebiruan, tsakeeff, alhamdulillah.
Kami lalu lanjut ke kota untuk cari makan malam dan beli air minum. Lalu balik ke hotel yang ternyata kalo malem berasa banget jauhnya.