23-24 April
Selamat pagi Kupang😍🌅.
Setelah bersih-bersih, tanpa sarapan terlebih dahulu kami meninggalkan Pelabuhan Bolok dan bergerak menuju Kota Kupang. Sasaran pertama tentu saja sarapan😋. Tak lama setelah ambu singgah membeli sayur dan buah-buahan, terdengar seruan adek di kabin penumpang,”Bubur ayaaam”. Ternyata kami baru saja melewati gerobak bubur ayam yang sedang berjualan di tepi jalan. Tanpa perlu bertanya, kami semua sepakat untuk berhenti dan sarapan di situ. Yang jualan buburnya orang Indramayu, jadi mirip-mirip lah sama bubur ayam Cianjur kegemaran kami Ya sejak meninggalkan rumah 5 bulan yang lalu, kami hampir nggak pernah makan bubur lagi. Ada sekali waktu di rumah Ida Pedanda, kami disuguhi bubur Bali, toppingnya urap sayur. Dan sekali waktu dimasakin Pakde Bebe waktu kemping di tepi Danau Tamblingan Bali.
Selesai sarapan kami meluncur ke Kota Kupang untuk mulai melengkapi persyaratan dokumen untuk keperluan melintas ke Timor Leste. Memfotocopy pasport/SIM/KTP/STNK/BPKB/KIR, menukar dolar dll. Seluruh kelengkapan dokumen ini akan digunakan untuk mengurus izin lintas negara bersama kendaraan di Atambua nanti. Terakhir, kami ke Consulado (konsulat) Timor Leste di Kupang karena menurut informasi dari KBRI Dilli, kami harus mengurus surat pengantar untuk masuk ke Timor Leste nanti. Tiba di security, ternyata pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan surat apapun, cukup paspor, visa (on arrival) dan dokumen kendaraan.
Matahari sudah tepat di atas kepala ketika truk mengarah ke Utara Pulau Timor, menuju perbatasan. Perjalanan ke perbatasan memakan waktu sekitar 7-8 jam. Maka kami harus berhenti di Soe atau Kefamenanu untuk bermalam.
Di pinggiran kabupaten Kupang, pedagang garam tradisional berderet di tepi jalan. Garam bubuk tak beryodium ini ditempatkan dalam wadah memanjang terbuat dari daun nipah. Selain itu dijual juga garam padat seperti stalaktit untuk campuran makanan ternak.
Memasuki Soe udara semakin sejuk. Pedagang di tepi jalan memajang aneka buah-buahan hasil tanah Soe. Primadonanya alpukat, ukurannya 2-3x alpukat biasa.
Maksud hati menginap di Kefamenanu urung karena sejuknya udara di Soe. Akhirnya kami putuskan menginap di Niki-niki. Kota kecil yang juga sejuk setelah Soe.
Area tempat kami menginap tidak terlalu luas. Pekarangan sebuah toko yang menjual keperluan sehari-hari . Walau begitu ternyata tempat ini jadi tempat singgah truk-truk yang melintas, sepinya tidak terasa karena hingga tengah malam banyak truk bergantian menepi.
Buah-buahan hasil bumi Timor jadi santapan pembuka hari ini menuju Atambua.