17 Februari
Sebelum berangkat snorkeling, kami sarapan di pasar dulu di warung langganan Om Olan, Warung Bu Dewi. Sambil makan kita mendengarkan cerita Bu Dewi ketika gempa Agustus lalu menimpa Lombok.
Kita berangkat snorkeling bersama 3 remaja turis dari Brazil dan diguide-i oleh Bang Mail, kawan Om Olan. Bang Mail berperawakan kurus, berambut ikal dan panjang. Aksen bahasa Inggrisnya rasta banget. Hakim langsung akrab dengan beliau.
Spot pertama yang akan dikunjungi adalah patung bawah laut di Gili Meno. Berupa 48 patung yang membentuk for
masi melingkar. Patung ini juga merupakan upaya untuk pengembangbiakan terumbu karang.
Foto asli dan cerita lengkap bisa dilihat di sini.
Spot kedua berdekatan dengan spot pertama, di sini kita bisa melihat penyu hijau. Ada beberapa penyu di sini, walau tidak besar-besar seperti di Derawan, di sini penyunya jinak-jinak. Apa jangan-jangan emang penyu nggak takut manusia ya?
Dari spot kedua, kapal kemudian menepi ke Gili Air untuk makan siang. Kami makan di kapal saja karena sudah membawa bekal nasi bungkus dari Warung Dewi tadi pagi. Setelah makan, kita turun sebentar melihat suasana di Gili Air. Situasi di Gili Air berbeda jauh dengan Gili Trawangan. Di sini, jalanan masih relatif lengang. Suasana kampung nelayan masih terasa walaupun ada turis.
Di tempat ketiga kita berenang-renang aja karena terumbu dan ikannya tidak terlalu banyak. Para remaja Brazil bergantian berlompatan dari atap kapal.
Pukul 2 kita sudah sampai lagi di Sama-sama. Pengurus penginapan memberikan kelonggaran dan memberi kami kesempatan untuk bilas dan memakai kamar hingga sore ini. Terimakasih Penginapan Sama-sama.
Kami pulang kembali ke mainland menumpang kapal milik Sama-sama (juga) dan dijemput oleh Dabil. Tiba di workshop perut sudah keroncongan minta diisi. Ini sudah hari ke-3 di Lombok, tiba waktunya mencari makanan kesukaan Hakim: Ayam Taliwang. Karena di Pamenang (pusat keramaian terdekat) Ayam Taliwang tidak ada, maka diputuskan untuk ke Mataram saja. Kita iya’in aja, tanpa menyadari kalo untuk ukuran Lombok, Mataram itu jauuh dari Teluk Nara, hampir 1 jam! Kenapa ukuran Lombok? Karena tanpa macet dan kecepatan dipacu di atas 80m/jam. Besok-besok nggak pernah lagi kita berani-berani ke Mataram malam-malam, jauh bo!