Hidup dalam lingkungan yang relatif homogen dan stabil, membuat kami terutama anak-anak seringkali lupa bahwa ada orang lain yang hidup serba kekurangan. Beberapa kali kami makan di RM Sederhana di daerah Chow Kit, selalu nampak beberapa orang homeless/gelandangan di area restauran. Ternyata menurut staff restaurant, mereka ini suka meminta makan. Keliatannya walaupun pemerintah (seharusnya) sudah mengurus mereka, tapi gelandangan-gelandangan ini masih saja kelaparan. Akhirnya tercetus ide untuk memberi mereka makan, sambil mengasah empati pada anak-anak. Mudah-mudahan dengan tumbuhnya empati, pelan-pelan tumbuh juga bibit kesadaran untuk bermanfaat dan berkontribusi pada masyarakat kelak.

Hakim tiba-tiba into terrarium. Apa itu? Terarium atau Virarium adalah media atau wadah yang terbuat dari kaca atau plastik transparan berisi tanaman, yang diperuntukkan bagi beragam kebutuhan, seperti untuk penelitian, metode bercocok tanam maupun dekorasi. Dapat dikatakan bahwa terarium merupakan biosfer buatan yang paling alami karena fungsi biologis yang terjadi dalam terarium pun mirip dengan yang terjadi di alam. Sehingga terarium dapat juga dijadikan laboratorium biologi mini.

Maka bermulalah perjalanan pencarian material buat si terrarium ini. Dimulai mencari media tanam dan wadah yang cocok secara online. Dilanjutkan mencari tanaman yang nggak ada di toko online. Dari googling dapatlah satu toko yang keliatannya representatif yang letaknya nun di Subang Jaya sana. Kita harus naik LRT ada kali 15 stasiun jauhnya. Pake nyasar dan kekilir di tengah jalan lagi si ambu.

Setelah ketemu tokonya, ndilalah kecil saja ternyata. TTM deui😏. Ternyata menurut si emang tokonya, bahan-bahan yang udah kita beli online nggak bisa dipake buat terrarium tertutup seperti yang diidamkam Hakim. Terrarium terbuka hanya cocok untuk tanaman succulent/sebangsa kaktus-kaktusan. Sementara Hakim pingin buat terrarium berlumut yang lembab. Jadilah kita membeli ulang semuanya.